Pendidikan mesti sesuai koteks |
Kita diperhadapkan dengan pertanyaan apa itu pendidikan? Menurut Froebel
yang dimaksud dengan pendidikan ialah apa yang memimpin atau menuntun manusia
kepada kepandaian berpikir (segi kognitif dari manusia) dan apa yang menghantar
manusia pada kesadaran diri yang lebih mendalam menuju sesuatu yang murni, tak
bercela (segi afeksi dari manusia).
Dalam hubungan dengan itu Froebel
menyajikan empat prinsip mendasar yang perlu diperhatikan dalam pendidikan.
Pertama, bahwa perkembangan alamiah menyatakan dirinya dalam perkembangan individu
dan harus ditunjukkan dalam pengajaran tentang ilmu pengetahuan, kemanusiaan
dan agama.
Kedua, pendidikan harus diatur demi harmonisnya dengan perkembangan alam yang
natural dari anak-anak.
Ketiga, pendidikan harus membuka dan mengembangkan keseluruhan pribadi manusia. Agama
seharusnya diajarkan dalam rangka mengolah emosi; alam harus dipelajari sebagai
pewahyuan diri Allah dan matematika harus diapresiasikan sebagai simbol hukum
universal. Bahasa juga menghubungkan manusia dengan hukum dan ritme benda-benda
dan harus menjadi bagian dari pendidikan.
Keempat, seni harus diajarkan karena merupakan talenta umum manusia dan dapat
menghadirkan keharmonisan dalam diri manusia.
Froebel menyusun metode
pendidikan sesuai dengan konteks perkembangan individu. Dalam tahapan permulaan
dia menganjurkan agar seharusnya menggunakan metode yang memungkinkan ekspresi
spontan dalam diri individu.
Sedangkan pada tahapan akhir,
dapat digunakan metode yang mengawasi dan mengarahkan perkembangan individu.
Dengan demikian dalam dunia anak-anak metode harus disesuaikan dengan sifat
atau dunia anak. Dalam hubungan dengan konteks anak-anak, perlu diperhatikan
perkembangan yang mengarahkan anak pada suatu kesadaran diri dalam suasana
bebas, dimana seorang individu dibiarkan untuk menunjukkan, mengekspresikan
yang ada dalam dirinya dengan bebas.
Menurut Froebel permainan
merupakan metode yang paling cocok dan penting bagi penerapan ekspresi ini.
Dalam pendidikan, Froebel
kemudian menyusun dan mengembangkan kurikulum pendidikan yang terecana dan
sistematis. Bagi dia yang menjadi dasar
bagi kurikulum tersebut adalah gift
dan occupation: pemberian yang
menyediakan permainan-permainan dan usaha, kerja yang bisa dibuat dengan
permaianan yang ada.
Gifts adalah obyek yang dapat dipegang dan dipergunakan anak
sesuai dengan instruksi dari guru dan dengan demikian anak dapat belajar
tentang bentuk, ukuran warna serta konsep yang diperoleh melalui menghitung,
mengukur, membedakan dan membandingkan. Gifts
pertama adalah enam buah bola dari gulungan benang, masing-masing berbeda
warnanya, dan enam helai benang yang panjang yang warnanya sama dengan warna
bola yang ada.
Sedangkan Occupation adalah materi yang dirancang untuk mengembangkan
berbagai variasi ketrampilan, yang utama adalah psikomotor, melalui aktivitas
semacam menjahit dengan papan jahitan, membuat bentuk dengan mengikuti titik,
membentuk lilin, menggunting bentuk, meronce, menggambar, menenun, menempel dan
melipat kertas.
Atas cara ini Froebel yakin bahwa
bermain merupakan cara belajar yang penting bagi anak-anak. Karena lewat gifts dan occupation seorang anak akan mengusahakan diri yang tentu saja
diawasi ke arah pengekspresian diri yang bebas demi mencapai perkembangan diri,
ketetapan karakter dan kesadaran diri.
Maka menurut Froebel tujuan
pendidikan adalah perkembangan menyeluruh dari individu: semua daya individu,
dan harmoni internal individu, sebagaimana relasi harmonis dengan alam,
masyarakat dan Tuhan.
Namun menurut Froebel tujuan ini
tidak dapat dibebankan kepada anak; sebab dia harus mengusahkannya bagi dirinya
sendiri melalui aktivitas yang ekspresif dari kekuatan-kekuatan yang masih
tersebunyi. Mereka yang telah mencapai tujuan tersebut akan mampu menunjukan
satu karakter yang solid dan tetap yang memberinya integritas dalam setiap
situasi dan kebiasaan intelektual yang memungkinkan dia untuk mendapatkan
pengetahuan ketika perlu.
Pendidikan seperti yang
dimaksudkan oleh Froebel, ini adalah untuk mengembangan keutuhan anak-anak
tanpa pemaksaan melainkan anak-anak dibantu untuk menumbuhkembangkan sendiri
talenta-talentanya yang tersembunyi dalam dirinya lewat pengawasan yang ada.
Dengan demikian anak-anak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan diri lewat
metode yang ada untuk membentuk diri yang memungkinkan dia tetap dalam
karakternya ketika berhadapan dengan berbagai situasi yang ada di
lingkungannya, sekaligus juga terbuka terhadap pengetahuan yang baru sejauh
perlu.
Bagi Froebel, yang menjadi
substansi pendidikan adalah menjadikan manusia untuk mampu mewujudkan dirinya
ke arah suatu pengetahuan yang benar.
Froebel
bermaksud pendidikan mestinya diarahkan sesuai dengan konteks keberadaan siswa.
Bukan menerapkan pendidikan yang tidak sesuai dengan kondisi, tetapi
materi-materi yang diterapkan mesti mengenai sasaran. ***