Hutanku tak lagi rimbun,
hutanku tak lagi berkanopi,
hilang tangan - tangan rakus.
Hanya demi selembar rupiah,
mereka berani menebangnya,
mereka berani membunuh kehijauan,
jadilah gersang.
Air semakin musnah,
hutan gundul,
dahaga kering dan luka.
Airku tak lagi jernih,
pekat oleh limbah dan kotoran.
Terpaksa air penuh polusi jadi minuman,
entahlah jatuh sakit,
tak peduli
walaupun Penggundul dan Pencemar tak memberiku rupiah untuk berobat.
Hanya tersisa cahaya mentari yang membias memberi harap,
harap kesadaran datang pada mereka,
bahwa hutan tentunya harus dijaga.
Honaratus Pigai
muye_voice@fwp
Papua, 20 Maret 2016