Yesus dan Kemenangan Atas Salib

Honny Pigai
0


Renungan Singkat


 “bebaskan Barabas, bagi kami Ia harus disalibkan.”

Secara manusiawi kita sering dan bahkan dapat membuat banyak pertanyaan terhadap penangkapan, proses pengadilan, penyaliban dan kebangkitan Yesus.

Mengapa Yesus mati di tiang Salib? Apakah dia bersalah?
Mengapa Yesus tidak melawan ketika para prajurit datang menangkap dia?
Kalau Yesus tahu bahwa Ia akan ditangkap, mengapa Ia tidak lari menghilang dari tempat?

 Pertanyaan-pertanyaan ini, secara manusiawi masuk akal. Tapi Yesus harus taat pada rencana Allah. Allah mempunyai rencana dan visi yang amat besar yang harus dijawab. Kalau meninggalkan salib berarti kalah dari bujukan “setan,” sedangkan untuk mau menang atasnya, maka situasi salib harus dilewati.

Yesus tidak gentar dan takut terhadap situasi yang akan Ia hadapi. Dengan tabah, Ia memilih setia pada jalan Salib. Jalan yang memabawa kemenangan. Jalan yang menyelamatkan.

Kesetiaan pada Bapa-Nya dan cinta-Nya pada manusia, Ia harus melangkah maju. Ia memanggul salib. Ia beranjak jalan. Walaupun Ia diludahi, dicaci-maki, dipukul, dicambuk hingga babak belur. Ia jalani hingga pada puncak kematian-Nya di palang penghinaan.

Kematian Yesus di Salib bukanlah suatu tanda bahwa Yesus yang adalah Raja Orang Yahudi, yang memiliki kuasa yang luar biasa itu kalah di tangan manusia. Tapi justru dengan kematian-Nya, Dia menjunjukkan bahwa Kematian dan Salib telah dikalahkan. Dosa manusia telah dikalahkan dan manusia dibebaskan dari dosa. Manusia mendapatkan kebebasan dan penjajahan dosa yang membelenggu diri. Sebab pengorbanan Yesus dapat mengalahkan dosa dan maut.

Dengan wafat-Nya manusia memperoleh tebusan dosa asal. Agar dengan demikian jurang yang memisahkan manusia dengan Allah akibat dosa manusia pertama, terjembatani. Karena itu, manusia dapat kembali bersekutu dengan Allah dan menerima kehidupan kekal. Maka wafat Kristus dan kebangkitan-Nya merupakan puncak rencana Allah untuk penyelamatan.

Kita patut berbangga bahwa salib bukanlah semata-mata dipandang sebagai peristiwa menyakitkan, tetapi peristiwa kemenangan bila dijalani dengan suka cita.

Untuk kita, dalam kehidupan salib-salib sering dan bahkan selalu menghampiri. Tapi kalau kita menjalani atau memikulnya dengan suka cita dan tidak memandangnya sebagai peristiwa menyakitkan, di akhir salib itu ada kemenangan yang menanti. Ada kebebasan dari derita salib. Salam.

muye_voice@fwp
Honaratus Pigai
Tags

Posting Komentar

0Komentar

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*