Demonstrasi pendukung Pembebasan Papua Barat yang dijemur di Lapangan Mako Brimob Polda Papua, Senin (2/5/2016) |
“Apa yang dilakukan pihak keamanan
tersebut merupakan sebuah kemunduran pemahaman dari negara yang mana saat ini
digadang-gadang sebagai negara demokrasi,” kata Anggota Komisi I DPRP, Ruben
Magai kepada wartawan, Senin (2/5/2016) di Jayapura.
Dikatakan hanya ada dua solusi untuk
menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi di Papua terkait dengan isu
politik yang saat ini berkembang di tanah Papua secara keseluruhan. Magai
mengatakan, apabila aparat keamanan masih mempraktekan penangkapan terhadap
aktivitas Ormas yang ingin memberikan kritikan kepada pemerintah dengan cara
penangkapan maka negara seolah-olah ingin membuka kran untuk Papua terlepas
dari NKRI.
“Tetapi kalau polanya diubah dengan
melakukan pendekatan, saya pikir Papua akan tetap eksis dalam bingkai NKRI.
Seharusnya pola pendekatan yang dilakukan pihak keamanan bukan tindakan
kekerasan hingga penangkapan terhadap masyarakat yang ingin mengkritik kinerja
pemerintah dalam hal ini Negara Indonesia,” ujarnya.
Disinggung tentang ormas KNPB yang
belum terdaftar di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol), Magai
mengatakan bahwa ormas-ormas yang ada di Papua ini apakah pernah melakukan
kritikan terhadap negara? “Saya mau tanya ormas-ormas yang terdaftar di
Kesbangpol apakah mereka pernah melakukan kritikan terhadap negara yang telah
melakukan pelanggaran terhadap masyarakat Papua? Kalau KNPB yang kini belum
terdaftar di Kesbangpol dan ingin mengkritik Negara apakah tidak boleh? Ini
negara demokrasi,” katanya.
Selain penangkapan terhadap massa
KNPB, pihak aparat keamanan juga melarang sejumlah jurnalis yang ingin meliput
penahanan massa di Mako Brimob Polda Papua.
Melihat hal tersebut Marinus
Yaung,dosen hubungan internasional Universitas Cenderawasih sangat menyayangkan
tindakan yang dilakukan oleh pihak aparat keamanan.
“Dengan menekan pemberitaan serta
publikasi gambaran yang dilakukan orang Papua ke dunia luar dimaksudkan untuk
meminimalisir perhatian dunia luar maupun masyarakat Indonesia lainnya di
nusantara tentang aspirasi pendukung Pembebasan West Papua (United Liberation
Movement for West Papua/ULMWP). Ada upaya untuk tutup media karena kampanye
lewat media itu gaungnya lebih kuat ke nasional dan internasional,” kata
Marinus Yaung. (*)